Scrum: Sebuah Framework Dengan Berbagai Ritual

Muhammad Rasyid
6 min readMay 3, 2021
Sumber: https://luminousmen.com/post/11-steps-of-scrum

The important thing is not your process. The important thing is your process for improving your process. — Henrik Kniberg.

Halo teman-teman semua, setelah sekian lama vacuum dalam membuat artikel akhirnya saya baru bisa kembali dengan topik yang menarik untuk kita bahas dan dalami.

Ya, untuk sebagian dari kita yang sudah berkutat dalam melakukan developing product khususnya digital product pastinya sudah tidak asing dengan beberapa metode yang sering digunakan. Diantara dari mengetahui metode klasik dalam proses mengembangkan suatu produk, yaitu waterfall methodology. Dimana kita melakukan pengembangan produk dengan melalui beberapa tahapan yang ada (requirements, design, implementation, verification, dan maintenance) dalam satu waktu. Nah, hal tersebut yang membuat ruang gerak kita sebagai tim terbatas untuk melakukan suatu perubahan pada tahap2 tertentu.

Bisa dibilang, waterfall ini fleksibilitasnya rendah dan metode ini juga menuntut kita untuk merampungkan produk secara keseluruhan (utuh) yang kemudian baru dapat dipasarkan kepada pasar.

Kalo gitu, waterfall ribet ya cit?

Jawabannya, gak juga. Kenapa? karena waterfall sangat efektif untuk produk yang requirementsnya cenderung sudah lengkap dan dalam skala yang tidak begitu besar. Boleh dibilang, ya proyek kecil-kecilan yang memang tujuannya udah jelas dan ga perlu membutuhkan banyak resource untuk menyelesaikannya.

Sekarang pertanyannya, gimana kalau produk yang mau dibuat itu skalanya cukup besar ditambah dengan requirements yang masih bisa berubah itu gimana ? Scrum jawabannya!

Nah loh, Apa lagi tuh cit “Scrum”?

Ngoghey-ngoghey sabar teman-teman, jadi scrum itu merupakan suatu metode project management yang merupakan turunan dari metode lain yang lebih dasar, yaitu agile methodology.

Scrum dalam product development dapat dikatakan sebagai pengembangan yang bersifat user oriented karena sejatinya kita akan melihat kebutuhan user secara langsung yang kemudian akan diimplementasikan pada tahap pengembangan (sprint) selanjutnya.

Loh, sprint apaan lagi tuh cit?

Oh iya sampe lupa, sebelum kita masuk ke bagian ritual apa aja yang ada dalam metode scrum, kita coba pahami dulu beberapa istilah yang akan sering kita lihat/dengar seputar scrum ya.

1. Product Backlog

Nah ibarat membangun sebuah rumah, rumah tersebut dapat dikatakan sebagai product backlog. Dengan kata lain, product backlog adalah segala sesuatu berupa fungsi atau fitur yang harus diselesaikan agar menghasilkan/mencapai produk akhir. Nah kalau mau bangun rumah, berarti kita juga harus membangun lantai, kerangka, atap, dan lain sebagainya bukan? itulah product backlog teman-teman.

2. Sprint Backlog

Kalau product backlog merujuk pada keseluruhan fitur/fungsi yang harus diselesaikan untuk menghasilkan produk yang kita inginkan, sprint backlog adalah backlog turunan dari product backlog yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu yang telah ditetapkan bersama product owner dan scrum master. Jangka waktu tersebut yang nantinya akan menjadi “ritual” tersendiri yang disebut dengan sprint.

3. Product Increment

Kalau pada setiap sprint kita sudah menyelesaikan sprint backlog, gimana caranya kita bisa mengetahui sudah seberapa jauh progress yang kita lakukan ? Product Increment jawabannya!

Product increment memperlihatkan kepada kita seluruh product backlog yang sudah selesai dikerjakan pada sprint yang sudah lewat. Sehingga, product increment juga memperlihatkan kepada kita seberapa dekat kita dengan produk akhir yang ingin kita capai.

Sumber: https://inixindojogja.co.id/scrum-sebuah-framework-project-management-pendobrak-tradisi/

Scrum is like your mother-in-law, it points out ALL your faults. — Ken Schwaber.

Oke, trus yang dimaksud dengan “Ritual” tuh apa Cit?

Ini yang menjadi menarik teman-teman, pada metode scrum kita harus mengikuti serangkaian “ritual” atau tahapan agar proses pengembangan yang dilakukan mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain, ritual-ritual yang akan saya sebutkan ini memang merupakan hidangan utama dari scrum.

Ritual-ritual ini berupa meeting yang menjadi bagian dari sebuah proses. Kita bisa menyebutnya dengan event. Berikut saya jelaskan beberapa event yang terdapat pada metode scrum dan saya kaitkan dengan contoh nyata ketika saya menerapkan metode scrum pada proyek SekolahKu, antara lain yaitu:

1. Sprint Planning

Event pertama yang akan kita jumpai saat menerapkan metode scrum adalah sprint planning. Pada event ini kita akan menentukan product backlog yang akan diselesaikan pada jangka waktu yang telah disepakati (1 x sprint berbeda-beda tergantung kebutuhan dan urgensi tim).

Nah, kalau pada proyek SekolahKu yang sedang saya lakukan saat ini menggunakan timeframe 2 minggu untuk setiap sprintnya. Jadi, setiap 2 minggu sekali kita akan mengadakan sprint planning untuk menentukan backlog apa saja yang akan diselesaikan setiap individu dalam tim pengembang selama 2 minggu kedepan.

Pada proyek SekolahKu juga kami melakukan pembobotan untuk setiap backlog yang di-assign ke setiap individu dalam tim agar dapat memperlihatkan sejauh apa increment yang dilakukan nantinya.

2. Daily Scrum / Daily Standup Meeting

Oke, kita udah melakukan planning apa saja yang akan kita kerjakan selama 1 putaran sprint kedepan maka kita tetap harus melakukan report progresske scrum master setiap harinya. Tujuannya apa? tujuannya agar kita bisa lebih terarah dan transparan terhap pekerjaan kita sendiri.

Tentu saja dengan adanya daily standup meeting ini kita bisa menyampaikan permasalahan yang kita hadapi sehingga scrum master bisa mencoba membantu menyelesaikannya atau bahkan mengubah requirements jika dibutuhkan.

Pada scrum versi tahun 2017, setiap melakukan daily standup meeting kita akan diberikan 3 pertanyaan umum, adapun pertanyaanya adalah: apa yang telah dikerjakan kemarin?, apa yang sedang dikerjakan hari ini? dan apa yang akan dikerjakan esok hari? Namun, pertanyaan tersebut dihilangkan pada scrum versi 2020 dengan alasan memberikan keleluasaan kepada pengembang untuk menyampaikan ide,gagasan, ataupun masalah yang dihadapi tanpa harus terpaut dengan waktu yang kaku tersebut.

Kalau pada proyek SekolahKu sendiri, karena keterbatasan waktu antara scrum master, product owner, dan para pengembang, kita melakukan daily standup meeting sebanyak 2 kali dalam 1 minggu. Dengan begitu, dalam 1 kali sprint akan terdapat 4 kali event daily standup meeting yang dilaksanakan.

Sumber: https://agilehut.co.za/blog/sprint-review-a-demonstration-or-an-interactive-workshop

3. Sprint Review

Setelah 1 periode sprint selesai dilakukan, maka akan terdapat product yang dapat diperlihatkan kepada stakeholders. Pertemuan tersesbut dinamakan dengan sprint review.

Sprint review akan dilakukan sebelum sprint planning berikutnya dilaksanakan agar kita mengetahui apakah backlog yang telah dikerjakan tersebut benar-benar selesai dan sesuai dengna keinginan stakeholders atau belum. Jika belum, kita dapat memasukkannya ke dalam pekerjaan pada sprint berikutnya kembali.

Pada proyek SekolahKu, kami biasanya melakukan sprint review pada hari senin pukul 14.30 hingga pukul 15.30. Sprint review yang kami lakukan biasanya akan dihadiri oleh seluruh tim scrum (developres, scrum master, product owner) dan juga stakeholders dari pihak dosen dan juga client. Feedback yang didapatkan dari hasil pertemuan tersebut biasanya akan kami jadikan landasan dalam melakukan sprint planning pada sore harinya.

4. Sprint Retrospective

Nah, terdapat sebuah event penghubung antara sprint review dan juga sprint planning yang dinamakan dengan sprint retrospective. Tujuannya diadakan event ini adalah untuk mengevaluasi seluruh kinerja tim pada periode sprint yang telah dilakukan.

Kalau pada proyek SekolahKu, kami biasanya melakukan event ini sebelum sprint planning dilakukan. Kami juga menggunakan sebuah platform untuk melihat segala sesuatu yg berhubungan dengan kinerja, harapan, dan evaluasi tim dari setiap individu di dalamnya. Menurut saya, terkadang sprint retrospective ini bisa menjadi ajang blak-blakan juga loh ketika kita malu untuk menyampaikan sesuatu anggota tim lainnya secara personal. Jadi, kita harus manfaatkan agar tim menjadi lebih solid lagi.

Mungkin itu saja yang bisa saya bagikan tentang scrum methodology, semoga apa yang saya sampaikan dapat memberikan insight baru bagi kalian sebagai pembaca ataupun diri saya sendiri

Jika terdapat kesalahan, kritik, dan saran bisa teman-teman sampaikan melalui linkedin saya atau komen di postingan ini.

Terima kasih :)

--

--